Mewaspadai Balas Dendam Teroris

INFORMASI kelompok teroris Jati Asih, Bekasi, menyebutkan bahwa Presiden SBY ditetapkan sebagai target serangan. Rumah kediaman Presiden SBY, selain Istana Negara, sudah diintai para teroris itu.
Target itu menimbulkan pertanyaan: adakah motif balas dendam? Apakah orientasi teroris sudah mulai bergeser dengan menjadikan SBY sebagai target sesuai warisan Amrozi Cs karena tidak mengabulkan grasi mereka?
Merunut peristiwa sebelumnya, Amrozi Cs, trio bomber Bali itu dieksekusi pada 9 November 2008 sekitar pukul 00.15 WIB. Usai dieksekusi, beredar tiga surat wasiat, di antaranya yang cukup menuai kontroversi adalah seruan untuk balas dendam.

Dalam surat tiga versi bahasa yaitu, Indonesia, Arab, dan Inggris itu, Amrozi cs menyerukan kepada kaum muslim melakukan pembalasan terhadap Presiden SBY, Wapres Jusuf Kalla, Menteri Hukum dan HAM Andi Matalatta, Jaksa Agung Hendraman Supandji, Jampidum Kejagung Abdul Hakim Ritonga. Karena, menurut surat pernyataan itu, mereka terlibat dalam eksekusi Amrozi cs.
Pada perkembangan belakangan, dalam rapat di Kuningan, Jawa Barat, Noordin memang memplot ngebom Cikeas. Tapi bukan soal pilpres, melainkan soal membalas dendam tersebut. Pasalnya, Presiden SBY sudah dianggap sekuler dalam memerintah, dan Indonesia di era SBY dianggap kaum teror menjadi negara sekuler seperti Barat.
Alasan lain, Noordin M Top, sang gembong teroris asal Malaysia, merasa geram karena SBY menolak upaya hukum terpidana Bom Bali I Amrozi, Muklas, dan Imam Samudra. Ketika itu ketiganya mengajukan peninjauan kembali (PK) atas vonis mati Pengadilan Negeri Bali.
Kabarnya Noordin marah karena Amrozi cs tidak mendapatkan grasi dari Presiden SBY.
Karena itu jelas ada motif balas dendam dalam kelompok Noordin Top sehingga menargetkan Presiden SBY sebagai sasaran .
Aksi Noordin begitu terencana. Oleh karena itu ada baiknya kewaspadaan nasioanl ditingkatkan dengan cara perlunya instruksi pemerintah agar dari tingkat RT-RW dan Kelurahan melakukan cek dan ricek keamanan dengan cara memeriksa penghuni setiap rumah yang mencurigakan. Umumnya para teroris adalah orang-orang yang tak bergaul, tertutup, tersembunyi, dan menjauh dari lingkungan.
Gerak-gerik mereka cenderung membatasi diri hanya berinteraksi dengan kelompoknya sendiri, dan menutup diri dari pergaulan lingkungan. Mereka umumnya tinggal di rumah kontrakan, dan mudah berpindah-pindah tempat.
Noordin M Top menjadikan aksi terorisme sebagai ’bisnis’ untuk memperoleh dana besar dari kelompok teroris internasional, dan penyandang dana di level global. Dengan meledakkan bom pada target tertentu, terutama simbol kehadiran Amerika Serikat atau Barat, maka Noordin cs akan mendapatkan reward berupa dana dari sponsor mereka di luar. Indonesia adalah wilayah yang menjadi korban bagi permainan global tersebut.
Kondisi sosial-ekonomi di negeri ini juga kondusif bagi munculnya aksi teror, karena banyak kaum muda yang mengalami anomi, anomali, dan frustasi, juga lebarnya kesenjangan ekonomi dan lemahnya keamanan internal selama ini.
Itulah sebabnya kesiagaan dari tingkat RT/RW, kelurahan sampai Istana Negara, merupakan keharusan untuk mengantisipasi kemungkinan serangan baru dari teroris Noordin M Top ini.
Dengan sikap pro-aktif dari masyarakat dan pemerintah untuk menegakkan hukum, maka terorisme bisa kita tanggulangi dan kita eliminasi. Dan yang penting, harus ada upaya memberangus teroris sampai akar-akarnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar Boleh tapi jangan nyepam yaa....?!!!