Yuddy Chrisnandi Ikuti Jejak Politik JK?

Yuddy Chrisnandi tergolong ikon politisi muda Indonesia yang progresif, meski manuver politiknya sering kandas di tengah jalan. Ada kesan, dalam mewujudkan ambisinya sebagai ketum Partai Golkar, Yuddy menduplikasi langkah Jusuf Kalla. Akankah Yuddy mengikuti jejak politik JK?

Siapa yang menduga JK benar-benar maju sebagai capres dalam Pemilu Presiden 2009? Karena pascapemilu legsilatif pun JK belum memastikan maju dalam Pilpres. Baru ketika proposal Partai Golkar ditolak mentah-mentah oleh Partai Demokrat, JK muncul sebagai capres.

Praktis, hanya dua bulan JK menaikkan posisinya dari cawapres menjadi capres. Buktinya memang tak mudah bagi JK menghadapi lawan tangguh seperti SBY dan Megawati.

Kondisi serupa sepertinya kini dialami Yuddy Chrisnandi, yang dalam pilpres lalu menjadi Juru Bicara Tim Kampanye Nasional JK-Wiranto. Semula menolak gagasan Muasyawar Nasional Luar Biasa (Munaslub) yang didengungkan oleh Triple A (Aburizal Bakrie, Akbar Tandjung, dan Agung Laksono), kini justru Yuddi mencalonkan diri sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Tentunya dengan setting Musyawarah Nasional (Munas), bukan Munaslub.

Rival yang dihadapi Yuddy bukanlah kompetitor ecek-ecek, melainkan politisi senior Partai Golkar sekaligus pengusaha besar, seperti Aburizal Bakrie dan Surya Paloh. Itikad Yuddy maju sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar dilandasi dengan isu kepemimpinan muda serta melakukan revitalisasi partai.

Yuddy Chrisnandi sadar benar bahwa dirinya kalah dalam soal kekuatan modal dan pengalaman, jika disandingkan dengan competitor dari politisi senior seperti Ical dan Surya Paloh. “Namun, dana bukanlah modal satu-satunya, karena masih ada modalitas lainnya, seperti gagasan dan ide,” kata Yuddy saat mendampingi JK di Makassar, Selasa (28/7).

Untuk mewujudkan tekadnya, Yuddy pun tak tanggung-tanggung membuat tim sukses. Sedikitnya tim ini akan diisi 66 orang, dipimpin oleh Zainal Bintang dengan nama Tim Kebangkitan Partai Golkar. Dari struktur tim sukses Yuddy, wajah-wajah yang sering tampil di tim JK-Wiranto mendominasi, contohnya Indra Jaya Piliang. Yuddy pun mengklaim telah didukung 50 DPD II se-Indonesia.

Jelas fakta politik itu kontras dengan Aburizal Bakrie. Karena hingga saat ini sedikitnya terhimpun 480 DPD I dan II yang telah mendukung secara tertulis kepada Ical. “Saya belum tahu, sikap DPD dalam pemilihan di Munas nanti, kalau dalam surat resminya, sudah ada 480 surat dukungan resmi DPD I dan DPD II dari jumlah 515 DPD. Akan tetapi, bisa saja keadaannya berubah pada saat Munas nanti,” ujar Ical.

Meski demikian, Ical mengapresiasi niatan Yuddy maju dalam bursa perebutan ketua umum Partai Gokar. Menurut Ical, Yuddy merupakan kader muda yang bagus. “Oh itu bagus. Buat saya, tidak soal. Itu anak-anak muda bagus," katanya. Walau Ical menilai, kehadiran Yuddy tidak akan menganggu dukungan DPD I dan II pada dirinya.

Ica menepis, dirinya menebar gizi dalam perebutan kursi Ketua Umum Partai Golkar. Bila pun ada, bukan politik uang namun kontribusi pembinaan kepada daerah (DPD I dan II). “Seumpama (ada), berikan kontribusi pembinaan daerah,” ujarnya.

Niat Yuddy untuk bersaing dengan politisi senior yang juga berlimpah dengan gizi, Yuddy tampat meniru strategi JK. Karena pasangan JK-Wiranto pun tergolong pasangan capres yang minim dana, meski gagasannya banyak diapresiasi oleh banyak pihak terutama dari kelompok strategis seperti soal keamandirian bangas. Jika melihat indikator serta pemetaan dini, nasib Yuddy akan menyusul JK.

Bedanya, jika JK kalah dalam perebutan kursi kepresidenan pulang kampung ke Makassar, Yuddy jelas tak mungkin melakukan langkah seperti JK. Bisa saja, investasi politik yang kini ia tanam akan ia tuai dalam perebutan Ketua Umum Golkar 2014 mendatang.

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar Boleh tapi jangan nyepam yaa....?!!!